Pekan lalu sejarah dalam persepakbolaan Indonesia terjadi manakala dua kelompok suporter lokal papan atas Pasoepati Solo dan Bonek Mania Surabaya menyatakan berdamai setelah beberapa tahun belakangan terjadi konflik dan permusuhan. Adalah pertandingan antara Solo FC vs Persebaya 1927 dalam laga Liga Primer Indonesia di stadion Gelora 10 Nopember Tambaksari Surabaya dimana kedua aliansi suporter ini mengikrarkan untuk ‘rujuk’ yang ditunjukkan dengan sambutan hangat kepada 300an Pasoepati yang sengaja datang dari Solo dan pelayanan super maksimal dari Bonek kepada Pasoepati selama berada di Kota Pahlawan.
Istilah ‘rujuk’ memang menandakan bahwa sebenarnya Pasoepati dan Bonek secara histori sempat menjalin hubungan baik pada masa-masa awal berdirinya Pasoepati. Sekitar bulan April 2000, Pasoepati generasi pertama yang mendukung Pelita Solo belaga dalam Liga Indonesia disambut antusias oleh warga Surabaya. Dengan tajuk “From Solo With Love”, Pasoepati menggelar tour ke berbagai kota dalam mendukung laga tandang Pelia Solo waktu itu termasuk ke Surabaya.
Kembali momen 9 Mei 2011, dalam pertandingan yang berkesudahan 2-0 untuk keunggulan Persebaya 1927 ini pula perwakilan masing-masing suporter melakukan pertukaran cinderamata di masa istirahat babak pertama. Pun juga dengan pertukaran yel-yel dan nyanyian yang bernada persaudaraan dan persahabatan selama pertandingan berlangsung.
Tampilan pada laga itu membuat insan sepakbola nasional kagum. Banyak media-media nasional meliput peristiwa bersejarah ini. Dan inilah yang sewajarnya menjadi cita-cita seluruh masyarakat sepakbola Indonesia. Menyaksikan tontonan sepakbola tanpa rasa cemas dan takut. Menyaksikan pertandingan dalam stadion dengan nyaman dan tenang tanpa embel-embel nyanyian rasisme dan anarkisme. Itulah hakikat sebuah kompetisi profesional dimana menang kalah adalah hal yang biasa, dan itu diterima semua pihak hingga terwujud konsep liga sepakbola sebagai hiburan bagi masyarakat.
Liga Primer Indonesia telah mewakili cita-cita ini dimana perdamaian kelompok suporter yang bermusuhan akhirnya dapat tercipta. Pasoepati Solo yang mendukung Solo FC dan Bonek Mania Surabaya yang mendukung Persebaya 1927 telah membuka hati bagi kelompok suporter lainnya yang mungkin selama ini memiliki hubungan kurang baik dengan mereka. Karena sejatinya tidak ada yang lebih indah kecuali berdamai. Dan tidak ada lagi ironi kepada suporter anak-anak yang menyanyikan yel-yel bernada kotor bernapas kebencian kepada suporter lainnya padahal mereka tidak tahu apa-apa.
Proyek perdamaian kelompok suporter demi terciptanya suporter profesional terus digalakkan oleh Pasoepati Solo. Setelah dengan Bonek, kini kabar santer terdengar bahwa sahabat Bonek, Viking Bandung yang merupakan salah satu organisasi Bobotoh pendukung Persib Bandung akan membuka jalur perdamaian dengan Pasoepati. Mungkin bagi, sebagian Pasoepati dan Viking sendiri tidak begitu paham dengan adanya sedikit hubungan kurang baik antara Pasoepati dengan Viking. Hal ini memang sejarahnya, kedua kelompok suporter tidak memiliki konflik secara umum. Bahkan salah satu anggota Pasoepati Ultras sempat bertanya-tanya : memangnya kita ada masalah dengan Viking? Bukannya dulu sewaktu mereka mendukung Persib Bandung berlaga di Jogjakarta melawan PSIM Mataram dan diserang oknum pendukung PSIM, justru Pasoepati yang membantu mereka?.
Namun, secara harfiah, sebaiknya memang tidak perlu membahas awal mula hubungan kurang harmonis Viking dan Pasoepati. Yang jelas, kabar gembira bahwa Viking siap berdamai dengan Pasoepati harus disambut hangat. Semua pihak harus siap berjabat tangan, bertukar cinderamata, dan saling menyambangi dan bersilaturahmi. Tidak ada lagi anarkisme, lemparan batu pada kereta, nada-nada nyanyian rasisme, dan konflik berkepanjangan.
Mari kita tutup rapat-rapat masa lalu yang kelam. Mari kita buka lebar-lebar hati kita menyambut cahaya perdamaian dan persaudaraan. Karena sesungguhnya, damai itu indah.
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar
Mengatakan...