Dosa mereka sudah tak terhitung lagi banyaknya, mulai dari mengobrak abrik aturan yang ada pada statuta PSSI dan statuta FIFA. Gembong mafia yang sesenaknya mengatur wasit, hasil pertandingan dan Klub mana saja yang terus melaju dan terkena degradasi.
Sejumlah kalangan menilai, Kongres Sepak Bola Nasional yang telah diselenggarakan di Malang tanggal 30 sampai 31 Maret 2010 merupakan agenda untuk melengserkan tampuk kepemimpinan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Nurdin Halid melalui Kongres Luar Biasa. Tetapi semuanya itu tak berarti sama sekali bahkan mulut ular naga ini semakin terbuka lebar mengeluarkan api yang bisa membakar siapa saja yang menentangnya.
Sebagai Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid gagal total mengangkat prestasi sepak bola Indonesia. Meski demikian, ia menutup pintu rapat-rapat pada desakan mundur, termasuk jika hal itu muncul dalam sarasehan sepak bola nasional yang digagas pemerintah, Maret lalu.
Sepanjang kepengurusan Nurdin Halid, prestasi tim nasional, baik yunior maupun senior, kian terpuruk. Terakhir, timnas gagal melaju ke putaran final Piala Asia 2011, sementara timnas U-23 gagal total di SEA Games. Dalam peringkat FIFA, Indonesia juga terus merosot. Terakhir tim Merah Putih berada di peringkat ke-136, jauh di bawah negara-negara Asia Tenggara lain, seperti Singapura (peringkat ke-120), Vietnam (ke-116), dan Thailand (ke-98).
Pendaftaran pemain asing merupakan salah satu sumber pemasukan bagi kas PSSI. Setiap pemain asing yang bakal bermain di Indonesia dikenai biaya Rp 10 juta per musim bagi pemain Liga Super dan Rp 5 juta per musim bagi Divisi Utama.
Liga Super diikuti 18 tim yang hampir semua klub memaksimalkan kuota lima pemain asing. Adapun Divisi Utama melibatkan 34 tim, yang setiap tim memiliki tiga pemain asing. Dari 90 pemain asing di Liga Super dan 102 pemain asing di Divisi Utama, PSSI meraup dana sekitar Rp 1,4 miliar.
Pemasukan bagi kas PSSI dari kompetisi juga muncul dari denda pelanggaran indisipliner. Anggota Komisi Disiplin PSSI, yang juga CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono menyebutkan, musim lalu jumlah denda mencapai sekitar Rp 4,5 miliar. ”Rp 3 miliar dari denda Komisi Disiplin dan Rp 1,5 miliar dari denda Komisi Banding,” katanya.
Pendapatan lain yang ditarik PSSI dari kompetisi adalah biaya pembuatan kartu smart PSSI. Program ini dimaksudkan sebagai langkah PSSI untuk membangun database pemain dan hanya berjalan di Liga Amatir. Dari laporan keuangan Badan Liga Sepak Bola Amatir Indonesia (BLAI) dalam kongres PSSI di Bandung lalu, proyek itu telah menghasilkan Rp 598 juta.
Sumber pemasukan rutin PSSI lainnya berasal dari subsidi FIFA, yang setiap tahunnya 250.000 dollar AS (sekitar Rp 2,05 miliar). Sekjen PSSI Nugraha Besoes pernah mengungkapkan, dana subsidi itu bisa dipotong jika ada klub bermasalah dengan pemain asing yang mengadu ke FIFA.
Betapa banyaknya uang yang masuk ke tubuh PSSI dan masih pula dari kocoran dana pemerintah untuk pembinaan atlit. Tetapi uang itu seolah olah menjadi masalah yang sangat rahasia sekali pengeluaran dan penggunaanya. Wah banyak uang yang menguap entah kemana larinya. Belum lagi dari kejahatan kejahata Nurdin Halid sebagai Koruptor Bulog yang membuat dirinya masuk ke Hotel Prodeo. Belum masalah lain yang siap menyambutnya seperti kasus suap Miranda Gultom.
Memang manusia satu ini bermuatan kriminalitas yang panjang dan tidak pernah mau bertobat menyadari dirinya yang sudah dikecam dan di caci maki oleh setiap elemen yang mencintai olah raga sepak bola. Memang manusia seperti Nurdin Halid, jika nanti terbukti lagi berbuat kejahatan, sudah selayaknya menghadapi tali tiang gantungan.
Pasti agan agan setuju kalau kedua orang ini di gantung kan....???
Sumber : Mang Juned
{ 2 comments... read them below or add one }
bener gantung we lah :P
hihihihi...
haha, ia buang ke laut aja deh, biar di makan ikan hiu, atau ga ga masukin kolam ikan(PIRANHA) di tonton suporter PSSI. hahaha
komen balik ya, di tunggu follow nya.
http://www.ch4ndr4.com ok...
Posting Komentar
Mengatakan...